Maria Montessori dilahirkan di sebuah kota kecil yang bernama Chiaravalle dalam propinsi Ancona di Italia pada tanggal 31 Agustus 1870.
Ayahnya, Allesandro, adalah seorang Akuntan, dan yang sangat tradisional dalam cara berpikirnya. Ibu dari Maria, Renilde Stoppani, di lain pihak, sangat modern. Dia datang dari suatu keluarga yang sangat sejahtera dan berpengetahuan luas. Dia mengajar Maria untuk berbelas kasih, dengan mengajak Maria merajut bersamanya dan menyumbang kepada orang miskin.
Keluarga Montessori pindah ke Roma pada tahun 1875. Berlawanan dengan harapan ayahnya, Maria Montessori keluar dari pembatasan gender tradisional dan memasuki sekolah tehnik untuk anak laki-laki untuk mengikuti gairahnya pada matematika dan tehnik. Setelah ditunjuk menjadi rekan direktur sekolah, Maria Montessori menjalin hubungan dengan sesama rekan direkturnya, Giuseppe Montesano, dan pada tahun 1898 Maria melahirkan putranya Mario Montesano Montessori (1898 – 1982). Dia kemudian mengembangkan ketertarikannya di dunia sains – terutama Biologi dan bercita-cita menjadi dokter. Tidak pernah terdengar bahwa seorang wanita mengambil kuliah kedokteran dan bercita-cita menjadi seorang dokter, dan pada awalnya dia ditolak untuk masuk ke sekolah kedokteran.
Dengan dukungan dari Paus Leo XIII, Maria masuk ke University of Rome pada tahun 1890 untuk belajar kedokteran. Tidak mudah bagi Maria untuk menjadi satu-satunya wanita di antara para laki-laki di universitas… tetapi dia sangat berkomitmen dan pantang mundur, dan dia menjadi dokter wanita PERTAMA di Italia, yang lulus dengan kehormatan pada tahun 1896.
Maria menaruh minat pada pediatri dan psikiatri dan mengkhususkan diri sebagai dokter. Dia mengobati banyak anak-anak miskin dan anak-anak dari keluarga kelas-pekerja pada klinik gratis. Dia memiliki kesempatan untuk mengamati intelegensi intrinsik anak-anak dari latar belakang sosio-ekonomi yang berbeda-beda.
Pada tahun 1900, Maria Montessori menjadi direktur Sekolah Orthofrenik untuk anak-anak yang cacat mental.
Disanalah ia memulai penelitiannya pada perkembangan dan Pendidikan anak-anak usia dini. Ia membaca hasil kerja dari Fredrich Froebel, penemu Taman Kanak-kanak dan juga Johann Heinrich Pestalozzi, yang percaya bahwa anak-anak belajar melalui kegiatan. Ia juga menaruh minat yang besar pada karya besar dokter Perancis abad ke-18 dan ke-19, Jean-Marc-Gaspard Itard dan Édouard Séguin, yang telah meneliti dan melakukan percobaan dengan anak-anak cacat dan yang pertama percaya bahwa anak-anak yang cacat intelektual DAPAT diedukasi. Kemudian Maria mulai mengamati beberapa anak-anak yang cacat secara intelektual dan menerapkan beberapa teori Pendidikan mereka. Tidak lama kemudian, ia mulai mengembangkan konsep dan metodenya sendiri bersama mereka. Melalui pendekatan dan observasi ilmiah secara langsung, ia menemukan bahwa anak-anak ini berkembang dengan sangat baik. Dia dapat membuat anak-anak yang cacat secara intelektual ini membaca dan menulis dan juga duduk pada ujian. Ini membuatnya ingin tahu, jika anak-anak ini dapat melakukannya dengan baik, lalu mengapa anak-anak normal tidak demikian baiknya di sekolah mereka? Pemikiran ini membawanya untuk mengembangkan metodologi pengajaran untuk anak-anak ‘normal’ yang ia percayai tidak ada alasan untuk gagal padahal anak-anak yang terlihat terbelakang dapat lulus dengan nilai yang sangat bagus.
Pada tahun 1941, Maria Montessori mulai belajar filosofi Pendidikan dan antropologi. Ia mengajar murid-murid dari tahun 1904-1908 pada universitas lamanya sebagai dosen Pedagogik. Ada perkembangan cepat di Roma saat itu, yang juga membawa kebangkrutan dan munculnya distrik ghetto. Salah satu distrik adalah San Lorenzo dimana anak-anak pada area ini berlarian, sepanjang hari tanpa tujuan, sementara orangtuanya bekerja. Maria menawarkan kesempatan untuk bekerja dengan anak-anak ini dan mengenalkan metodologi dan material pengajarannya pada anak-anak ‘normal’ ini.
Pada tanggal 6 Januari 1907, Maria Montessori memulai sekolah pertamanya ‘Casa Dei Bambini’ (Bahasa Italia dari ‘Rumah Anak-anak’) untuk anak-anak di distrik San Lorenzo.
Ia memperkenalkan metodologinya dan material yang dia ciptakan saat ia masih berada di Sekolah Orthofrenik. Di sinilah, saat bersama anak-anak ini, Maria Montessori kemudian mengembangkan metodologinya dan menciptakan lebih banyak lagi material pengajaran. Melalui bekerja langsung dengan anak-anak ini dan mengamati mereka, ia membuat banyak penemuan.
Beberapa penemuannya termasuk:
- Anak-anak dapat berkonsentrasi tanpa mudah terganggu.
- Anak-anak mencintai keteraturan dalam lingkungannya.
- Mereka memiliki kemampuan untuk membuat pilihan dan bertindak secara mandiri.
- Mereka tidak tertarik dengan mainan normal tetapi lebih senang bekerja.
- Anak-anak tidak memerlukan penghargaan atau hukuman.
- Anak-anak mencintai kesunyian dan mampu untuk diam.
- Mereka memiliki Gengsi pribadi.
- Mereka mampu untuk mengajar diri sendiri.
- Anak-anak secara insting tahu dengan apa harus bekerja untuk mendukung perkembangan alami mereka.
- Anak-anak berjalan melalui periode sensitif mereka untuk belajar aspek-aspek yang berbeda atas hidup mereka.
- Anak-anak memiliki keinginan untuk menjadi mandiri.
- Mereka bertanggung jawab dan memiliki rasa kebersamaan.
Maria Montessori menulis buku pertamanya melalui pengamatan yang dilakukannya di Casa Dei Bambini. Pada tahun 1909, Maria memberikan sesi pelatihan pertamanya kepada sekitar 100 siswa Internasional mengenai metodologinya di Italia. Pada tahun 1912, ia menerbitkan bukunya ‘Metode Montessori’ yang kemudian diterjemahkan ke dalam 20 bahasa.
Sekolah-sekolah Montessori telah mulai muncul di seluruh Eropa Barat dan di seluruh dunia dari tahun 1910, dan kepopuleran Montessori milik Maria semakin bertumbuh. Beberapa pendukungnya adalah: Margaret Wilson, Ayn Rand, Thomas Edison, Alexander Graham Bell dan Helen Keller.
Maria Montessori kembali ke Amerika pada tahun 1915 untuk mendirikan ‘Ruang Kelas Kaca’ di pameran Panama-Pacific International di San Francisco dan untuk melatih beberapa guru. Ruang kelas itu memiliki kaca pada 3 sisi dimana para penonton dapat mengamati anak-anak yang sedang bekerja menggunakan metodologinya. Anak-anak bekerja dengan konsentrasi dan fokus penuh dan tidak menyadari kehadiran para penonton. Kesuksesan Ruang Kelas Kaca menarik Pers dan Montessori menjadi pemberitaan di Amerika. Pada tahun 1916, sudah ada lebih dari 100 sekolah Montessori di Amerika.
Dr. Montessori digambarkan sebagai ‘pekerja keajaiban pendidikan’ oleh pers.
Bertahun-tahun kemudian, Maria Montessori melakukan perjalanan ke berbagai negara: Eropa, Amerika, Inggris dan India untuk memberikan ceramah dan melatih para guru. Hai ini menghasilkan banyak sekolah dan kursus pelatihan Montessori tumbuh dalam negara-negara ini. Maria pindah kembali ke Spanyol pada tahun 1917 dan ditemani oleh putranya Mario, istrinya Helen Christy dan keempat anak mereka. Bangkitnya fasisme di Eropa sangat mempengaruhi pergerakan Montessori. Nazi menutup semua sekolah Montessori di Jerman dan Mussolini di Italia. Mereka tidak mau membesarkan pemikir-pemikir mandiri.
Maria dan Mario melarikan diri dari perang sipil pada tahun 1936 dan kembali ke Inggris dan kemudian ke Belanda. Dalam perjalanannya, mereka berhenti di India pada tahun 1939 dan menetap di sana selama 7 tahun. Saat itulah Maria memulai pengembangan ‘Pendidikan Kosmik’ untuk mendukung pembelajaran anak-anak dari umur 6-12 tahun. Maria dan Mario bersama-sama melatih ribuan guru di India. Mereka kembali ke Belanda pada tahun 1946. Maria menghadiri dan berbicara di UNESCO selama tahun tersebut. Ia berbicara mengenai ‘Pendidikan dan Perdamaian’. Maria Montessori dinominasikan tiga kali selama tiga tahun berturut-turut untuk Penghargaan Nobel Perdamaian tahun 1949, 1950, dan 1951.
Maria meninggal pada tanggal 6 Mei 1952 dalam umur 81 tahun. Ia meninggalkan warisan kerjanya kepada anaknya Mario. Terukir di batu nisannya adalah pesannya kepada dunia: “Saya memohon kepada anak-anak yang sangat berkuasa untuk bersatu dengan saya untuk membangun kedamaian dalam diri manusia dan dunia.”